Senin, 08 Desember 2014

GUNUNG KRAKATAU LAMPUNG




krakatoa, or Krakatau, is a volcanic island situated in the Sunda Strait between the islands of Java and Sumatra in Indonesia.
Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra yang termasuk dalam kawasan cagar alam. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.Gunung Kratau yang meletus , getarannya terasa sampai Eropa.



Mendaki Gunung yang berada di tengah laut merupakan tantangan tersendiri, Krakatau salah satunya. Gunung yang pernah meletus tahun 1883 ini, sekarang memiliki dua puncak yakni Rakata Besar (813 mdpl) dan Anak Krakatau (280 mdpl) yang muncul tahun 1930.
Di pulau sekitar Krakatau berada, pertumbuhan vegetasinya sangatlah minim, terlebih di pulau Anak Rakata yang bisa dijumpai hanya pohon cemara. Malah perkembangan flora dan fauna di pulau ini sempat terhenti tatkala Anak Krakatau meletus tahun 1952 dan 1953.
Barangkali, lambatnya laju perkembangan vegetasi di kawasan ini dikarenakan aktivitas gunung Anak Krakatau. Hingga kini ketinggian gunung ini bertambah 5 cm setiap bulannya. Dari kawahnya pun masih sering tersembur batuan dan lava, bahkan pasir yang ada di punggung gunung itu terasa panas.
Flora yang dapat ditemui sekarang diantaranya adalah kelapa (Cocos nucifera), ketapang (Terminalia catappa) dan cemara (Casuariana equisetifolia) sedangkan faunanya sering terlihat keberadaan biawak (Varanus salvator), penyu hijau (Cholonia midas), ular phyton (Phyton sp), kalong (Pteropus vampirus), burung raja udang (Alcedo atthis), kadal dan kupu-kupu.
Rute untuk mencapai Anak Krakatau sangat mudah, yakni lewat Canti, Kalianda, Lampung Selatan. Dari Jakarta Anda menuju arah Merak, lalu dengan menumpang kapal Ferry (Roro), Pulau Sumatera tepatnya Bakauheuni dapat ditempuh dalam 2,5 jam pelayaran. Dari sana dibutuhkan waktu 1 jam untuk mencapai Kalianda.
Canti merupakan pelabuhan nelayan yang terdekat dengan Krakatau. Biasanya kita dapat menyewa kapal nelayan yang berbobot mati 5 ton. Kapal tersebut melego jangkarnya kurang lebih 100 meter dari garis pantai, sehingga kita beserta seluruh perlangkapan yang dibawa harus terlebih dahulu naik sampan sebelum pindah kapal. Kurang lebih 3,5 jam untuk mencapai pantai Legon Cabe, Rakata Besar. Legon ini dulunya bernama Legon Burung Hantu, karena banyak sekali burung hantu, namun seiring dengan beredarnya waktu burung itu seulit ditemukan karena sering diburu. Di sini, Anda dapat berkemah di cekungan lembah yang berada 50 meter dari pantai.
Dari Legon Cabe, perjalanan diteruskan ke Legon Cemara, pantai gunung Anak Krakatau yang memakan waktu setengah jam. Dalam perjalanan terlihat jelas keanggunan Anak Krakatau yang menjulang tinggi, sungguh dramatis, sekan kita berada di negeri antah berantah.
Mendaki Anak Krakatau hanya diperkenankan mencapai punggung gunungnya saja, yakni batas aman yang diijinkan. Itupun sebenarnya sudah rawan, yakni lokasi gunungan pasir hitam panas yang menjulang bak kerucut ditemani angin yang bertiup dengan kerasnya.
Dari ketinggian lereng, jelas terlihat pulau Panjang alias Rakata Kecil, Sertung, Rakata Besar, Siberut dan Panaitan. Beberapa pulau karang atol dengan lautnya yang biru juga terlihat indah.
Perjalanan turun lewat rute yang sama, sebelum pulang ada baiknya kembali ke Legon Cabe untuk menikmati malam sambil menikmati ikan bakar kerapu, kakap merah dll yang dapat dibeli dari nelayan yang merapat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar